PKB Ajak Ulama Renungkan Kembali Hasil Muktamar Situbondo 1984
PKB Ajak Ulama Renungkan Kembali Hasil Muktamar Situbondo 1984
PKBNews -ANGGOTA Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Hj Siti Masrifah mengajak seluruh ulama dan tokoh agama di Tangerang Selatan (Tangsel) merenungkan sejarah Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar Sibubondo 1984 yang mengangkat tema 'Keutuhan NKRI'.
"Mu’hadah wathaniyah pada saat itu mengajak seluruh komponen bangsa ini utuk memutusakn bahwa Pancasila adalah final dan NKRI adalah harga mati," katanya dalam acara Halaqoh Kebangsaan Ulama dan Kemandirian Umat di Pondok Pesantren As-Sa'adah, Senin (9/10/2017).
Cifa sapaan akrab Hj Siti Masrifah mengajak semua pihak untuk kembali meneguhkan spirit dan rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena itu merupakan warisan para ulama dan kiai NU.
"PKB hari ini mengajak kita semua utuk kembali meneguhkan spirit dan rasa cinta kita kepad NKRI. Mengapa hal itu menjadi pekerjaan kita semua. Kita harus mencermati bahwa potret republik ini berubah," katanya.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Perempuan Bangsa (PB) itu menuturkan, saat ini semua orang cenderung pragmatis, egois, setiap diajak utuk berbuat kebajikan selalu bertanya dana atau duit.
"Karena itu, Halaqoh Kebangsaan ini mengajak kita semua untuk kembali mencermati dan membuka mata hati kita untuk terus berjuang melestarikan warisan kiai dan ulama, termasuk bergotong royong membangun dan membangkitkan NKRI ini," ucap Cifa.
Cifa mengingatkan agar kader Nahdlatul Ulama (NU) dan PKB harus mawas diri karena setiap identitas NU yang menjadi warisan bangsa ini telah dihilangkan oleh kelompok lain. Sudah saatnya semua nahdliyin sadar untuk kembali merebut identitas NU.
"Menggaungkan perjuangan dan kepeloporan NU dalam menegakkan NKRI.
Kecintaan terhadap NkRI harus di dudukkan dalam bahasan yang lebih spesifik. Ulama dan seluruh komponen bangsa harus lebih mandiri dalam mewujudkan cita-cita Mabdi Khoiro Ummah agar rumusan kita dalam mencintai NKRI tidak melenceng dan keluar dari track yang sudah digariskan atau diwariskan oleh para kiai dan ulama," ucapnya.
Cifa menegaskan, kemandirian ummat pada masa rasulullah pernah mengalami kegalauan luar biasa, rasulullah pernah di baikot oleh seluruh ummatnya pada saat itu. Sebab, saat itu kelompok kafir Quraisy yang menguasai dan memonopoli perekonomian saat itu.
"Nah, hari ini kita harus mengaca diri bagaimana agar kemandirian ummat ini dapat terwujud, para pemimpin tidak bergantung pada pihak-pihak tertentu dalam berjuang dan mencintai negara ini. Dalam situasi yang tidak karuan saat ini, pesantren adalah alternatif terbaik dalam mewujudkan cita-cita kemandirian ummat. Pesantren dan ulama adalah elamen vital dalam mewujudkan cita-cita tersebut," katanya.
Cifa melihat ada tiga hal penting yang mewajibkan negara harus hadir. Pertama, masyarakat harus sejahtera, secara ekonomi masyarakat harus mandiri. Agar keyakinannya tidak mudah goyah.
"Kemandirian ekonomi umat sangat penting," tuturnya.
Kedua, lanjut Cifa, masyarakat Indonesia harus terjamin kesehatannya. Ketiga, masyarakat Indonesia harus pintar.
"Ketiga hal tersebut memjadi modal pokok agar masyarakat tidak mudah goyah, tidak mudah dibodohi dengan hal ikhwal yang tidak sesuai dengan konsensus para ulama dalm mendirikan bangsa ini," tandasnya.